Heni adalah ibu muda yang baru
melahirkan dua bulan yang lalu. Sementara ia bersama sang suami tinggal sendiri
di salah satu perumahan tanpa didampingi orang tua maupun mertua. Mau tidak
mau, secara otomatis Heni harus merawat sendiri sang buah hatinya yang masih
bayi.
Dengan naluri seorang ibu serta
melalui panduan bebarapa artikel dari buku maupun media, ia berusaha merawat
sang buah hatinya sendiri. Namun ada kalanya ia kebingungan. Yaitu ketika si
kecil menangis tak kunjung berhenti. Biasanya setiap kali si mungil menangis,
ia langsung memberikan ASI dengan harapan diam dan tertidur. Namun kadang kala
si mungil tidak mau berhenti menangis meski sudah diberikan ASI. Ada apa dengan
dia ? Apa yang salah dengan bayi tersebut ?
Meskipun belum dapat berbicara,
namun bayi mampu mengekspresikan apa yang ia kehendaki. Salah satunya adalah
tangisan yang merupakan alat komunikasi pertama yang dikuasai bayi. Lewat
tangisan, bayi akan mengutarakan keinginan, kebutuhannya serta apa yang dirasakannya
secara efektif. Tak heran, bayi menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas ini.
Tangisan Lapar
Bisa jadi si kecil akan memulai
menangis jika lapar. Namun tangisan itu biasanya berulang-ulang. Misalnya, ia
menangis lalu berhenti sejenak untuk mengambil napas, menangis lagi, berhenti
sejenak untuk mengambil napas, demikian seterusnya.
Untuk mengatasi hal ini mungkin
semua ibu sudah banyak yang paham. Berikan ASI atau makanan tambahan jika
usianya sudah waktunya sehingga si kecil kenyang lalu tidur. Pola tangis
seperti ini memang memiliki kecenderungan bahwa si kecil lapar.
Karena Basah
Kemudian lagi, bilamana si kecil
menangis agak perlahan, makin lama makin keras, lalu terlihat badannya
menggeliat-liat di tempat tidurnya. Si ibu tidak perlu keburu memberikan ASI
atau makanan tambahan lainnya. Belum tentu tangisannya menandakan ia lapar,
melainkan karena merasa risih lantaran popoknya basah karena ompol atau air
lainnya. Karena tidak nyaman maka si kecil menangis sambil menggeliat-liat.
Cara penanganannya segera gantilah popok atau pakaian yang dirasa terkena
basah.
Menurut dr. Keith Svenson dalam
artikelnya Baby my Love edisi april 2009,
semua bayi di dunia ini cenderung menyukai tempat atau popok yang kering dan
bersih. Karena itu jika popok tersebut basah, maka bayi tersebut kurang nyaman
dan menangis.
Menahan Sakit
Tidak ada bayi normal di dunia ini
yang sakit tidak menangis. Dan tangisan ini biasanya akan diekspresikan dengan
suara tangisan yang bernada tinggi, seolah menjerit, kemudian terengah-engah
pada saat menarik nafas, lalu menjerit lagi dan seterusnya.
Dari sini sang ibu harus cermat dan
waspada. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan mencari sumber rasa
sakit. Misalnya dengan menepuk-nepuk perut apakah ia kembung. Atau memegangi
perutnya jangan-jangan kejang, lalu tangan digoyangkan, kaki atau leher dan
kepalanya. Jika ia menjerit lebih keras ketika anda menggoyang bagian tertentu,
itulah titik rasa sakit.
Bosan
Setiap
bayi yang sehat dan cerdas akan merasa bosan atau jenuh atau bahkan bosan
dengan satu aktifitas saja jika terlalu lama didiamkan. Bilamana sudah bosan,
maka ekspresi yang dikeluarkan adalah tangisan untuk mendapat perhatian.
Biasanya tangisan ini lebih mirip teriakan ketimbang tangisan. Dan, ia akan
tetap menangis seperti ini selama ia merasa bosan.
Karena itu sang ibu harus selalu
memberikan stimulasi untuk menghilankan rasa bosan tersebut. Maka ketika
menemani si kecil bermain, cobalah berbagai aktifitas yang berbeda, agar tidak
monoton selalu menginovasi jenis permainan atau saat bercanda.
Mengantuk
Jika si kecil merasa kesepian karena
sendiri ditinggal aktivitas sang ibu, biasanya ia akan merengek-rengek,
kepalanya mungkin terangguk-angguk beberapa saat. Jika terlihat tangannya
digosok-gosokkan pada mata atau wajahnya, berarti ia mengantuk. Penanganannya,
ayun-ayunkan secara perlahan sampai akhirnya tertidur.
Sebagai makhluk sosial yang suka
bergaul, bayi juga butuh teman yang selalu disisinya. Jika merasa kesepian,
tangisannya akan terdengar menyayat atau menyedihkan. Jika hal ini terjadi maka
sang ibu hendaknya cepat-cepat menggendong, biarkan sampai tenang kemudian
lanjutkan aktivitas sang ibu tersebut. Atau kalau bisa sambil menggendong,
tidak ada salahnya beraktivitas sambil menggendong si kecil.
Sumber
: Majalah Furqon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar